Total Tayangan Halaman

Jumat, 29 Oktober 2010

Kesibukan Kita dan Menghafal Al-qur’an

 oleh : Adi Rahman Pengajar Tahsin & pengurus LPIM Yogyakarta 
D ewasa ini bangsa kita mendambakan lahir generasi yang mampu membangun peradaban bangsa. yakni generasi yang berkarakter. dan dari dunia pendidikan bangsa menaruh harapan besar akan lahirnya generasi tersebut. Disisi laindunia pendidikan kita terutama dibangku perkuliahan menerapkan sistem yang justru menjauhkan generasi itu dari karakter yang sebenarnya didamba-dambakan. “ Ilmu yang sebenarnya mengenalkan mereka kepada Allah justru membuat meraka jauh dari Allah” tutur seorang ustad yang mempelopori lahirnya progam indonesia menghafal.              Siapa yang tidak senang, yang tidak bangga, sekaligus tidak rindu akan lahirnya pemimpin-pemimpin yang menghafal Al-qur’an. maka dari itu penting kiranya dalam dunia pendidikan kita sisipkan progam hafal Qur’an ini. kalaupun belum mampu diterapkan atau belum siap untuk hal itu, maka mari kita mulai dari kita. Jika berharap akan lahir generasi Qur’ani maka itulah anak cucu kita. dan anak cucu kita butuh teladan atau guru. Lalu siapakah teladan mereka? yakni kita yang masih hidup saat ini. kitalah para pejabat yang ditengah-tengah kesibukan memulai terobosan ini. kitalah para dosen dan guru ditengah tugas dan kewajibannya mengajar kepada muridnya tentang hal ini. kitalah para mahasiswa ditengah tugas belajarnya memulai rencana besarnya merancang masa depan dalam mewujudkan pemimpin-pemimpin yang menghafal Al-qur’an dan berpedoman padanya.             Harapan besar bangsa terletak pada pemuda itu sendiri, maka kewajiban para pemuda saat ini adalah mempelajari pedoman hidupnya sendiri yakni Al-qur’an. Al-qur’an adalah bukti kebenaran yang Allah turunkan kepada hamba-Nya Muhammad SAW. Ia tidak lain adalah perkataan yang mulia. Ia adalah mukjizat yang bisa dilihat dan dirasakan oleh ummatnya sejak zamannya hingga akhir zaman nanti. membacanya adalah ibadah, membacanya adalah berpahala. setiap hurufnya yang kita baca akan dibalas 10 kali lipat. Al-qur’an satu-satunya kitab yang mudah dan mampu dihafal oleh manusia, terlepas ia berasal dari agama mana. karena kemudahan itu telah Allah janjikan sebagaimana firman-Nya “Dan sungguh, telah kami mudahkan Al-qur’an untuk menjadi pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (Q.S. Al-Qomar [54] : 17).             Beruntunglah kita diberi satu jaminan oleh Allah bahwa Al-qur’an adalah sesuatu yang mudah untuk dipelajari dan menjadi pelajaran bagi yang mau mengambil pelajaran. Hanya saja janji itu seolah tidak mengusik jiwa kita. Bahkan dengan banyak bukti Allah tunjukkan pada kita tentang janji ini. Hanya saja bagi kita janji itu seolah sebuah bait-bait pelepas penat. Bayangkan betapa banyak bukti yang bisa dilihat oleh mata batin dan mata dzohir kita tentang kebenaran ini. Kita bisa melihat ribuan anak belum baligh sudah mampu menghafal 30 juz Al-qur’an. Betapa banyak saudara-saudara kita yang Allah berikan keterbatasan fisik seperti buta, mampu menghafal tanpa sedikitpun yang salah. Sekarang apa yang kurang yang Allah berikan kepada kita? “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. Ar-Rahman [55]:16). Adakah waktu-waktu khusus sehari yang kita sediakan untuk Al-qur’an ditengah-tengah kesibukan kita sebagai pelajar atau guru atau sebagai apapun kita?. Lalu apa manfaat kesibukan kita jika hanya menambah penatnya hati kita. Coba kita siapkan waktu barang  untuk membacanya satu-dua ayat, atau untuk menghafal dan mentadaburi serta mempelajari tafsirnya kemudian mencoba untuk mengamalkan semampu kita.            Jika kita telah mampu membaca Al-qur’an dengan baik (tartil) maka diusahakan agar tidak hanya membacanya berulang-ulang, tetapi coba kita mulai menghafalkanya. Al-‘Askari berkata: “Apabila ilmu yang engkau kumpulkan sedikit namun berupa hafalan, maka banyak manfaatnya. Namun apabila ilmu yang engkau kumpulkan banyak tapi tidak engkau hafalkan, maka sedikit manfaatnya.” (Al-Hatstsu ‘ala Thalabil ‘Ilmi hal.74). Maka ada beberapa hal yang perlu kita lakukan agar kita mendapatkan kemudahan dalam menghafal, diantaranya :   1.    Berdo’a Do’a merupakan sebab semua kebaikan dan kunci bagi semua pintu. Allah berfirman: “Dan Rabbmu berfirman: “berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu” (Q.S. Al-Mu’min [50]: 60). inlah janji Allah bahwa Allah akan mengabulkan do’a kita. 2.    Meninggalkan maksiat Abdullah bin Mas’ud berkata : “Sesungguhnya aku mengira bahwa seseorang lupa akan ilmu yang diketahuinya disebabkan kesalahan yang dilakukanya” (HR: Ad-Darimi) Adh-Dhahhak bin Muzahim berkata: “Tidak seorangpun  yang mempelajari Al-Qur’an kemudian melupakannya, kecuali karena dosa yang dilakukannya. karena Allah berfirman: “Dan musibah yang menimpa engkau adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (Q.S Asy-Syura :30). 3.    Memiliki perhatian Sesungguhnya perhatian kepada sesuatu, antusias kepadanya, dan menyibukkan diri dengan memikirkannya akan memudahkan untuk menghafalnya. Ini adalah sesuatu yang jelas, sampai-sampai dalam hal kebutuhan manusia yang bersifat pribadi. Al-Bukhari salah satu perawi hadits sampai lupa akan nama-nama kerabat wanitanya karena saking banyaknya perhatian yang dicurahkannya untuk ilmu. 4.    Membiasakan menghafal Banyak dari kita mengatakan bahwa menghafal itu amatlah sulit, tetapi sebenarnya jika kita membiasakannya  menghafalpun akan menjadi mudah. Al-Askari berkata: “Dahulu hafalan itu amat berat pada awal memulainya. Kemudian aku membiasakan diri hingga aku bisa menghafal qashidah yang  berisi sekitar 200 bait dalam semalam.” (Al-Hatstsu ‘ala Thalabil ‘Ilmi hal 71). 5.    Beramal dengannya Diantara perkara yang menguatkan hafalan adalah dengan mengamalkannya. Kita bisa menengok sejarah para sahabat  bagaimana mereka bisa menghafal Al-Qur’an. Mereka tidak kemudian menghafal hanya sekedar teks, melainkan mereka mengambil 10 ayat dari Al-Qur’an lalu menghafalkannya. mereka tidak akan menambah hafalan itu hingga terealisasi dalam keseharian hidup meraka. Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Ilmu itu mengajak untuk beramal. Apabila ia menyambutnya, ilmu itu akan tetap bersamanya. Jika tidak ilmu itu akan pergi (Jamii’ Bayanil ‘Ilmi hal.290). 6.    Memilih waktu yang tepat Para ulama telah menyebutkan waktu-waktuyang utama untuk menghafal. Diantaranya  adalah perkataan Al-Khathib Al-Baghdadi. Beliau berkata: “mereka memilih belajar dimalam hari karena tenangnya hati. Sesungguhnya tenangnya hati akan mempercepat hafalan. Sebagian juga mengatakan waktu subuh adalah waktu sangat baik untuk menghafal. 7.    Menghafal pada wktu masih kecil Sesungguhnya termasuk sebab kuatnya hafalan adalah menghafal pada masa kanak-kanak. Diantara perkataan para ulama terkait hal ini adalah: Qatadah berkata: “Menghafal diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas batu.” ‘Alqamah bin Qais berkata: “Apapun yang kuhafalkan ketika masih muda, seakan-akan aku melihatnya diatas kertas atau lembaran.” Wallahu’alam.

Kamis, 28 Oktober 2010

SAINS DAN ILMU PENGETAHUAN

Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali[8]. Sains merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “ sains mengenai waktu-waktu tertentu”[9]. Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan teknelogi, seperti untuk menunaikan ibadah haji, bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33.

Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (Q.S Ar-Rahman: 55/33).

Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan); kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknelogi, dan hal ini telah terbukti di era mederen sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menmbus angksa luar bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknelogi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet Mars, Juipeter dan pelanet-pelanet lainnya.

Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknelogi di abad modren ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan atau dengan kata lain ilmuan muslim banyak memberikan sumbangan kepada ilmua barat, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam “kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol[10]” dan ini di akui oleh sebagian mereka. Sains dan teknelogi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang akan datang, itu semua sebagai bukti kebenaran informasi yang terkandung di dalam al-qur’an, karena jauh sebelum peristiwa penemuan-penemuan itu terjadi al-Qur’an telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu, dan ini termasuk bagian dari kemukjizatan al-Qur’an, dimana kebenaran yang terkandung didalamnya selalu terbuka untuk dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan secara ilmiyah oleh sipa pun.

 KAREKTERISTIK SAINS ISLAM

Allah SWT. telah menganugrahkan akal kepada manusia, suatu anugrah yang sangat berharga, yang tidak diberikan kepada makhluk lain, sehingga umat manusia mampu berpikir kritis dan logis. Agama Islam datang dengan sifat kemuliaan sekaligus mengaktifkan kerja akal serta menuntunnya kearah pemikiran Islam yang rahmatan lil’alamin. Artinya bahwa Islam menempatkan akal sebagai perangkat untuk memperkuat basis pengetahuan tentang keislaman seseorang sehingga ia mampu membedakan mana yang hak dan yang batil, mampu membuat pilihan yang terbaik bagi dirinya, orang lain, masyarakat, lingkungan, agama dan bangsanya[11].

Sains Islam bukanlah suatu yang terlepas secara bebas dari norma dan etika keagamaan, tapi ia tetap dalam kendali agama, ia tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya Islam . Karena antara agama dan sains dalam Islam tidak ada pemisahan, bahkan sains Islam bertujuan untuk menghantarkan seseorang kepada pemahaman yang lebih mendalam terhadap rahasi-rahasia yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, baik ayat qauliah maupun ayat kauniah melalui pendayagunaan potensi nalar dan akal secara maksimal. Sains Islam tetap merujuk kepada sumber aslinya yakni Al-Qur’an dan Hadits, tidak hanya berpandu kepada kemampuan akal dan nalar semata, tetapi perpaduan anatara dzikir dan fikir, sebab bila hanya akal dan nalar yang menjadi rujukan, maka tidak jarang hasil temuaannya bertentangan ajaran agama atau disalah gunakan kepada hal-hal yang menyimpang dari norma-norma dan ajaran agama. Hasil penemuan tersbut bisa-bisa tidak mendatangkan manfaat tepi malah mendatangkan mafsadah, kerusakan, dan bencana di sana sini.

Berbeda halnya dengan sains dan ilmu pengetahuan dalam agama Kristen, dalam agama Kristen sains dan ilmu pengetahuan tidak ada ikatan dengan agama, karena antara Gereja dan ilmuan ada pertentangna yang sangat tajam sebagaimana kita dapati dalam fakta sejarah dihuukm matinya seorang ilmuan Galileo Galilei (1564-1050M) hanya disebabkan pendapatnya berbeda dengan Gereja pada ketika itu. Para ilmuan Kristen dalam melakukan riset pengembangan keilmuannya tidak ada panduan wahyu sama sekali, maka tidak jarang atau sering kali hasil penemuan ilmiyah mereka tidak sejalan dengan etika moral keagamaan, menyimpang dari ajaran agama dan hal ini dimaklumi karena akal punya keterbatasan untuk mengungkapkan nilai-nilai kebenaran bila tidak didukung dan dipandu oleh wahyu. Agama, sains dan ilmu pengetahuan dalam agama Kristen berjalan sendiri-sendiri tidak ada keterikatan antara keduanya.

Karekteristik dari sains Islam adalah keterpaduan antara potensi nalar, akal dan wahyu serta dzikir dan fikir, sehingga sains yang dihasilkan ilmuan Muslim batul-betul Islami, bermakna, membawa kesejukan bagi alam semesta, artinya mendatangkan manfaat dan kemaslahatan bagi kepentingan umat manusia sesuai dengan misi Islam rahmatan lil’alamin. Sains Islam selalu terikat dengan nilai-nilai dan norma agama dan selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dan ia membantu menghantarkan para penemunya kepada pemahaman, keyakinan yang lebih sempurna kepada kebanaran informasi yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada Allah, mengakui keagungan, kebesaran, dan kemaha kuasan-Nya.

Sesungguhnya Hari kiamat telah dekat


Allah berfirman: "Sungguh telah dekat hari qiamat, dan bulan pun telah terbelah (Q.S. Al-Qamar: 1)" Apakah kalian akan membenarkan kisah yang dari ayat Al-Qur'an ini menyebabkan masuk Islamnya pimpinan Hizb Islami Inggris ?? Di bawah ini adalah kisahnya:
Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah ?

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut:
Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Sejak beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan di Univ. Cardif, Inggris bagian barat, dan para peserta yang hadir bermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim.
Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an. Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, "Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi [Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah] mengandung mukjizat secara ilmiah ? Maka saya menjawabnya: Tidak, sebab kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjagkaunya. Dan tentang terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah, maka tentulah kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Dan memang Allah ta'alaa benar-benar Maha berkuasa atas segala sesuatu.

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah membelah bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah Mukarramah ke Madinah. Orang-orang musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (mengejek dan mengolok-olok)?"

Rasulullah bertanya, "Apa yang kalian inginkan ?
Mereka menjawab: Coba belah bulan, .."

Maka Rasulullah pun berdiri dan terdiam, lalu berdoa kepada Allah agar menolongnya. Maka Allah memberitahu Muhammad agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Maka Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan, dan terbelahlah bulat itu dengan sebenar-benarnya. Maka serta-merta orang-orang musyrik pun berujar, "Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!" Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja "menyihir" orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada ditempat itu. Maka mereka pun pada menunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Maka orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, maka orang-orang musyrik pun bertanya, "Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?"Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dansaling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali...!!!"

Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir (ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya:
Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, "Ini adalah sihir yang terus-menerus", dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap ....sampai akhir surat Al-Qamar.

Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdiri seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, "Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai tuan, bolehkah aku menambahkan??"

Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab: Dipersilahkan dengan senang hati."

Daud Musa Pitkhok berkata, "Aku pernah meneliti agama-agama (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna-makna Al-Qur'an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku membuka-buka terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya:

Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah...

Maka aku pun bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal?? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali?? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu??? Maka, aku pun menghentikan dari membaca ayat-ayat selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi Allah Yang Maha Tahu tentang tingkat keikhlasam hamba-Nya dalam pencarian kebenaran. Maka aku pun suatu hari duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi diantara presenter seorang Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut pun menceritakan tentang dana yang begitu besardalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa, padahal saat yang sama dunia sedang mengalami masalah kelaparan, kemiskinan, sakit dan perselisihan. Presenter pun berkata, " Andai dana itu digunakan untuk memakmurkan bumi, tentulah lebih banyak berguna". Ketiga pakar itu pun membela diri dengan proyek antariksanya dan berkata, "Proyek antariksa ini akan membawa dampak yang sangat positif pada banyak segmen kehidupan manusia, baik segi kedokteran, industri, dan pertanian. Jadi pendanaan tersebut bukanlah hal yang sia-sia, akan tetapi hal itu dalam rangka pengembangan kehidupan manusia.

Dan diantara diskusi tersebut adalah tentang turunnya astronot menjejakkan kakiknya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar.

Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata, "Kebodohan macam apalagi ini, dana begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?" Mereka pun menjawab, "Tidak, ..!!! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun. Maka presenter itu pun bertanya, "Hakikat apa yang kalian telah capai sehingga demikian mahal taruhannya. Mereka menjawab, "Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali.!!!

Presenter pun bertanya,
"Bagaimana kalian bisa yakin akanhal itu?" Mereka menjawab, "Kami mendapati secara pasti dari batuan-batuan yang terpisah terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Maka kami pun meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, "Hal ini tidak mungkin telah terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali".

Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, "Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, "Mukjizat (kehebatan) benar-benar telah terjadi pada diri Muhammad sallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang lalu. Allah benar-benar telah mengolok-olok AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, 100 juta dollar lebih, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin !!!! Maka, agama Islam ini tidak mungkin salah ... Maka aku pun berguman, "Maka, aku pun membuka kembali Mushhaf Al-Qur'an dan aku baca surat Al-Qamar, dan ... saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam.