Total Tayangan Halaman

Jumat, 29 Oktober 2010

Kesibukan Kita dan Menghafal Al-qur’an

 oleh : Adi Rahman Pengajar Tahsin & pengurus LPIM Yogyakarta 
D ewasa ini bangsa kita mendambakan lahir generasi yang mampu membangun peradaban bangsa. yakni generasi yang berkarakter. dan dari dunia pendidikan bangsa menaruh harapan besar akan lahirnya generasi tersebut. Disisi laindunia pendidikan kita terutama dibangku perkuliahan menerapkan sistem yang justru menjauhkan generasi itu dari karakter yang sebenarnya didamba-dambakan. “ Ilmu yang sebenarnya mengenalkan mereka kepada Allah justru membuat meraka jauh dari Allah” tutur seorang ustad yang mempelopori lahirnya progam indonesia menghafal.              Siapa yang tidak senang, yang tidak bangga, sekaligus tidak rindu akan lahirnya pemimpin-pemimpin yang menghafal Al-qur’an. maka dari itu penting kiranya dalam dunia pendidikan kita sisipkan progam hafal Qur’an ini. kalaupun belum mampu diterapkan atau belum siap untuk hal itu, maka mari kita mulai dari kita. Jika berharap akan lahir generasi Qur’ani maka itulah anak cucu kita. dan anak cucu kita butuh teladan atau guru. Lalu siapakah teladan mereka? yakni kita yang masih hidup saat ini. kitalah para pejabat yang ditengah-tengah kesibukan memulai terobosan ini. kitalah para dosen dan guru ditengah tugas dan kewajibannya mengajar kepada muridnya tentang hal ini. kitalah para mahasiswa ditengah tugas belajarnya memulai rencana besarnya merancang masa depan dalam mewujudkan pemimpin-pemimpin yang menghafal Al-qur’an dan berpedoman padanya.             Harapan besar bangsa terletak pada pemuda itu sendiri, maka kewajiban para pemuda saat ini adalah mempelajari pedoman hidupnya sendiri yakni Al-qur’an. Al-qur’an adalah bukti kebenaran yang Allah turunkan kepada hamba-Nya Muhammad SAW. Ia tidak lain adalah perkataan yang mulia. Ia adalah mukjizat yang bisa dilihat dan dirasakan oleh ummatnya sejak zamannya hingga akhir zaman nanti. membacanya adalah ibadah, membacanya adalah berpahala. setiap hurufnya yang kita baca akan dibalas 10 kali lipat. Al-qur’an satu-satunya kitab yang mudah dan mampu dihafal oleh manusia, terlepas ia berasal dari agama mana. karena kemudahan itu telah Allah janjikan sebagaimana firman-Nya “Dan sungguh, telah kami mudahkan Al-qur’an untuk menjadi pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (Q.S. Al-Qomar [54] : 17).             Beruntunglah kita diberi satu jaminan oleh Allah bahwa Al-qur’an adalah sesuatu yang mudah untuk dipelajari dan menjadi pelajaran bagi yang mau mengambil pelajaran. Hanya saja janji itu seolah tidak mengusik jiwa kita. Bahkan dengan banyak bukti Allah tunjukkan pada kita tentang janji ini. Hanya saja bagi kita janji itu seolah sebuah bait-bait pelepas penat. Bayangkan betapa banyak bukti yang bisa dilihat oleh mata batin dan mata dzohir kita tentang kebenaran ini. Kita bisa melihat ribuan anak belum baligh sudah mampu menghafal 30 juz Al-qur’an. Betapa banyak saudara-saudara kita yang Allah berikan keterbatasan fisik seperti buta, mampu menghafal tanpa sedikitpun yang salah. Sekarang apa yang kurang yang Allah berikan kepada kita? “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. Ar-Rahman [55]:16). Adakah waktu-waktu khusus sehari yang kita sediakan untuk Al-qur’an ditengah-tengah kesibukan kita sebagai pelajar atau guru atau sebagai apapun kita?. Lalu apa manfaat kesibukan kita jika hanya menambah penatnya hati kita. Coba kita siapkan waktu barang  untuk membacanya satu-dua ayat, atau untuk menghafal dan mentadaburi serta mempelajari tafsirnya kemudian mencoba untuk mengamalkan semampu kita.            Jika kita telah mampu membaca Al-qur’an dengan baik (tartil) maka diusahakan agar tidak hanya membacanya berulang-ulang, tetapi coba kita mulai menghafalkanya. Al-‘Askari berkata: “Apabila ilmu yang engkau kumpulkan sedikit namun berupa hafalan, maka banyak manfaatnya. Namun apabila ilmu yang engkau kumpulkan banyak tapi tidak engkau hafalkan, maka sedikit manfaatnya.” (Al-Hatstsu ‘ala Thalabil ‘Ilmi hal.74). Maka ada beberapa hal yang perlu kita lakukan agar kita mendapatkan kemudahan dalam menghafal, diantaranya :   1.    Berdo’a Do’a merupakan sebab semua kebaikan dan kunci bagi semua pintu. Allah berfirman: “Dan Rabbmu berfirman: “berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu” (Q.S. Al-Mu’min [50]: 60). inlah janji Allah bahwa Allah akan mengabulkan do’a kita. 2.    Meninggalkan maksiat Abdullah bin Mas’ud berkata : “Sesungguhnya aku mengira bahwa seseorang lupa akan ilmu yang diketahuinya disebabkan kesalahan yang dilakukanya” (HR: Ad-Darimi) Adh-Dhahhak bin Muzahim berkata: “Tidak seorangpun  yang mempelajari Al-Qur’an kemudian melupakannya, kecuali karena dosa yang dilakukannya. karena Allah berfirman: “Dan musibah yang menimpa engkau adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (Q.S Asy-Syura :30). 3.    Memiliki perhatian Sesungguhnya perhatian kepada sesuatu, antusias kepadanya, dan menyibukkan diri dengan memikirkannya akan memudahkan untuk menghafalnya. Ini adalah sesuatu yang jelas, sampai-sampai dalam hal kebutuhan manusia yang bersifat pribadi. Al-Bukhari salah satu perawi hadits sampai lupa akan nama-nama kerabat wanitanya karena saking banyaknya perhatian yang dicurahkannya untuk ilmu. 4.    Membiasakan menghafal Banyak dari kita mengatakan bahwa menghafal itu amatlah sulit, tetapi sebenarnya jika kita membiasakannya  menghafalpun akan menjadi mudah. Al-Askari berkata: “Dahulu hafalan itu amat berat pada awal memulainya. Kemudian aku membiasakan diri hingga aku bisa menghafal qashidah yang  berisi sekitar 200 bait dalam semalam.” (Al-Hatstsu ‘ala Thalabil ‘Ilmi hal 71). 5.    Beramal dengannya Diantara perkara yang menguatkan hafalan adalah dengan mengamalkannya. Kita bisa menengok sejarah para sahabat  bagaimana mereka bisa menghafal Al-Qur’an. Mereka tidak kemudian menghafal hanya sekedar teks, melainkan mereka mengambil 10 ayat dari Al-Qur’an lalu menghafalkannya. mereka tidak akan menambah hafalan itu hingga terealisasi dalam keseharian hidup meraka. Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Ilmu itu mengajak untuk beramal. Apabila ia menyambutnya, ilmu itu akan tetap bersamanya. Jika tidak ilmu itu akan pergi (Jamii’ Bayanil ‘Ilmi hal.290). 6.    Memilih waktu yang tepat Para ulama telah menyebutkan waktu-waktuyang utama untuk menghafal. Diantaranya  adalah perkataan Al-Khathib Al-Baghdadi. Beliau berkata: “mereka memilih belajar dimalam hari karena tenangnya hati. Sesungguhnya tenangnya hati akan mempercepat hafalan. Sebagian juga mengatakan waktu subuh adalah waktu sangat baik untuk menghafal. 7.    Menghafal pada wktu masih kecil Sesungguhnya termasuk sebab kuatnya hafalan adalah menghafal pada masa kanak-kanak. Diantara perkataan para ulama terkait hal ini adalah: Qatadah berkata: “Menghafal diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas batu.” ‘Alqamah bin Qais berkata: “Apapun yang kuhafalkan ketika masih muda, seakan-akan aku melihatnya diatas kertas atau lembaran.” Wallahu’alam.

1 komentar:

  1. haeeeeeee......... kunjungi balik aku ea....... n tuker link dunk

    BalasHapus